Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Membalas Perbuatan Raja

  • Selasa, 24 Mei 2011
  • sanjayatrade
  • Label:



  • Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkan penuturan istrinya. Tadi pagi
    beberapa pekerja kerajaan atas titan langsung Baginda Raja membongkar
    rumah dan terus menggali tanpa bisa dicegah. Kata mereka tadi malam Baginda
    bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata
    yang tak ternilai harganya. Tetapi setelah mereka terus menggali ternyata
    emas dan permata itu tidak ditemukan. Dan Baginda juga tidak meminta maaf
    kepada Abu Nawas. Apabila mengganti kerugian. inilah yang membuat Abu
    Nawas memendam dendam.
    Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat
    untuk membalas Baginda. Makanan yang dihidangkan oleh istrinya tidak
    dimakan karena nafsu makannya lenyap. Malam pun tiba, namun Abu Nawas
    tetap tidak beranjak. Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai
    menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. la tiba-tiba tertawa riang.
    "Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi." Abu
    Nawas berkata kepada istrinya.
    "Untuk apa?" tanya istrinya heran.
    "Membalas Baginda Raja." kata Abu Nawas singkat. Dengan muka berseri-seri
    Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di istana Abu Nawas membungkuk
    hormat dan berkata,
    "Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan
    perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba
    tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba."
    "Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" sergap
    Baginda kasar.
    "Lalat-lalat ini, Tuanku." kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya.
    "Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda junjungan hamba, hamba mengadukan
    perlakuan yang tidak adil ini."
    "Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?"
    "Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa
    dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu." Baginda Raja tidak bisa
    mengelakkan diri menotak permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para
    menteri sedang berkumpul di istana. Maka dengan terpaksa Baginda membuat
    surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di
    manapun mereka hinggap.
    Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya
    hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini. Dengan tongkat besi yang
    sudah sejak tadi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan
    memukuli lalat-lalat itu. Ada yang hinggap di kaca.
    Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga hancur, kemudian vas
    bunga yang indah, kemudian giliran patung hias sehingga sebagian dari istana
    dan perabotannya remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawas
    tidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap di tempayan BagindaRaja.
    Baginda Raja tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang
    telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya. Dan setelah merasa
    puas, Abu Nawas mohon diri. Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang
    hancur. Bukan hanya itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu. Kini ia
    sadar betapa kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu Nawas. Abu Nawas
    yang nampak lucu dan sering menyenangkan orang itu ternyata bisa berubah
    menjadi garang dan ganas serta mampu membalas dendam terhadap orang
    yang mengusiknya.
    Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya pasti sedang menunggu di
    rumah untuk mendengarkan cerita apa yang dibawa dari istana.

    0 komentar:

    Posting Komentar