Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Model Interaksi Edukatif untuk Menciptakan Kreativitas Berbahasa Indonesia Siswa Taman Kanak-Kanak

  • Minggu, 26 Juni 2011
  • sanjayatrade
  • Label:
  • Nurchasanah & Siti Cholisatul Hamidah

    Abstract: The kindergarten is an educational institution which aims at

    setting up foundations for developing children s attitudes, behaviors,

    skills, and creativity necessary for helping them to adjust themselves

    to their social environment and to foster their physical and mental development.

    To accomplish those aims, it is necessary to invent suitable

    learning models. The present research finds out various learning

    models used by kindergarten teachers to help the children develop

    their language skills in Indonesian; they include imitating, identifying

    objects, story telling, demonstrating, singing, reciting nursery rhymes,

    assignments, compiling and building, dramatizing, questioning and responding,

    commanding and doing, chain whispering, chain storytelling,

    role playing, and quizzes through games. These learning models

    are used in accordance with the instructional objectives. The teaching

    materials and instructional media used are also adjusted to the instructional

    objectives.

    Interaksi edukatif memiliki peranan penting dalam mengembangkan anak

    didik. Interaksi yang positif dan efektif memungkinkan terjadinya peruba-

    han tingkah laku anak sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu,

    usaha untuk menciptakan interaksi kreatif dan efektif merupakan kewajiban

    bagi setiap guru, khususnya guru Taman Kanak-Kanak (TK) Kota

    Malang.

    Dalam interaksi kelas terjadi situasi khusus, yaitu situasi

    kependidikan atau situasi edukatif. Interaksi yang terjadi dalam situasi

    edukatif adalah interaksi edukatif, yaitu interaksi yang berlangsung dalam

    ikatan tujuan kependidikan (Surakhmad, 1984).

    TK sebagai pendidikan prasekolah berlangsung dalam ikatan tujuan

    kependidikan. Dalam kaitannya dengan pengembangan kemampuan

    berbahasa sebagai salah satu program kegiatan belajar, TK memiliki

    tujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan. Dengan demikian,

    yang dipentingkan dalam tujuan ini adalah kemampuan anak dalam

    berbicara dan mendengarkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, hal-hal

    yang perlu dikembangkan sesuai dengan PP No. 27 tahun 1990 adalah: (1)

    memperkaya kosakata siswa, (2) melatih pendengaran siswa, (3) melatih

    siswa agar dapat menjawab dan mengajukan pertanyaan, (4) melatih siswa

    agar dapat bercerita, (5) melatih siswa agar dapat memberikan informasi

    kepada orang lain, dan (6) melatih siswa untuk dapat menyebutkan sebanyak-

    banyaknya suatu benda yang mempunyai sifat-sifat tertentu

    (Depdikbud, 1994).

    Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai secara optimal,

    guru sebagai pengemban pendidikan mempunyai peranan dan andil

    yang sangat besar.

    Berbagai model interaksi pembelajaran yang digunakan sangat besar

    pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan tersebut. Karena itu, penelitian

    ini bertujuan ingin mendeskripsikan (1) model interaksi, (2) bahan

    pembelajaran, dan (3) alat bantu pembelajaran yang digunakan guru TK

    Kota Malang untuk menciptakan kreativitas berbahasa Indonesia.

    Proses penelitian untuk mencapai tujuan penelitian tersebut dilandasi

    oleh berbagai teori yang mencakup teori tentang interaksi pembelajaran,

    interaksi pembelajaran di TK, analisis interaksi, dan berbagai kebijakan

    pembelajaran di TK, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk

    memperjelas landasan-landasan tersebut perlu diuraikan konsep-konsep

    teoritis tentang pembelajaran di TK berikut ini.

    Interaksi pada dasarnya merupakan salah satu bentuk kegiatan

    berkomunikasi. Sebagai kegiatan komunikasi, River (1987) menjelaskan

    bahwa interaksi merupakan kegiatan yang melibatkan pengiriman pesan,

    penerimaan pesan, dan konteks atau situasi. Interaksi bukan hanya

    melibatkan aspek pengekspresian ide semata, melainkan juga melibatkan

    aspek pemahaman ide. Dalam memahami ide, pelaku interaksi

    mendasarkan diri pada konteks, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik,

    serta semua unsur nonverbal yang terkait dengan kegiatan interaksi.

    Lebih rinci lagi, Hymes (1974) menjelaskan bahwa interaksi

    memiliki konponen-komponen (1) genre atau macam interaksi, misalnya

    lawak, percakapan informal, diskusi, dan sebagainya; (2) topik atau fokus

    interaksi; (3) tujuan atau fungsi interaksi ; (4) latar interaksi yang

    meliputi lokasi, waktu, dan aspek fisik lain; (5) partisipan yang meliputi

    unsur usia, seks, kelompok etnis, status sosial, serta hubungan

    antarpartisipan; (6) bentuk atau bahasa yang digunakan dalam interaksi;

    (7) isi pesan; (8) urutan dalam interaksi; (9) pola atau struktur interaksi;

    dan (10) norma interpretasi yang meliputi pengetahuan umum,

    praanggapan budaya yang relevan dan acuan khusus.

    Seperti dijelaskan di atas bahwa interaksi sebagi kegiatan

    komunikasi memiliki beberapa komponen interaksi. Karena itu, muncul

    berbagai model interaksi. Dilihat dari medianya, ada dua model interaksi,

    yaitu interaksi verbal dan nonverbal yang menggunakan kode-kode

    tertentu sebagai medianya. Dilihat dari pelakunya, interaksi dapat

    dibedakan menjadi interaksi kelas dan sekolah serta interaksi keluarga

    (Sampson, 1976). Dilihat dari arah pelakunya, interaksi dapat dibedakan

    menjadi interaksi searah, interaksi dua arah, dan interaksi optimal

    (Muslich, Basennang S., dan Nurchasanah; 1987).

    Dilihat dari bentuknya, interaksi kelas, khususnya di TK sering

    diwujudkan dalam bentuk permainan. Permainan dapat diintegrasikan ke

    dalam seluruh area isi kurikulum, misalnya dalam pembelajaran atau

    yang lain. Selain permainan, Edmonson (1981) mengemukakan bahwa

    interaksi dapat berbentuk rangkaian tindakan yang dapat berupa tanya

    jawab, salam-salam, dan perintah respon.

    Interaksi pembelajaran di TK memiliki tujuan yang jelas. Interaksi

    tersebut bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan. Dengan

    demikian, yang menjadi fokus tujuan pembelajaran tersebut adalah

    melatih anak untuk bisa berbicara dan mendengarkan. Tujuan tersebut

    dapat tercapai dengan memanfaatkan bahan pembelajaran dan alat bantu

    pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Bahan pembelajaran yang

    digunakan di TK terlihat pada kemampuan-kemampuan berbahasa yang

    sudah tertera dalam kurikulum (Depdikbud, 1994). Sedangkan alat bantu

    pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dapat berupa alat bantu visual

    maupun alat bantu kreatif. Alat bantu visual dapat berupa apa saja asal

    dapat dilihat, diraba, dirasakan, dan digunakan untuk bermain. Sedangkan

    alat bantu kreatif adalah alat bantu yang dapat digunakan anak melakukan

    kegiatan kreatif, misalnya dengan membubuhkan sesuatu, memberi warna,

    dan menciptakan sesuatu (Priyatni, 1997).

    Untuk mengetahui model interaksi, bahan pembelajaran, dan alat

    bantu pembelajaran yang digunakan guru TK, perlu adanya metode

    tertentu, yaitu metode analisis interaksi. Dengan analisis interaksi akan

    diperoleh gambaran pola interaksi tertentu. Analisis interaksi tersebut

    perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dievaluasi. Dengan

    demikian, analisis interaksi ini sangat bergantung pada tujuan yang

    diinginkan. Ada tujuan yang menekan pada aktivitas guru dan ada yang

    menekan pada aktivitas murid (Muslich, Basennang S, dan Nurchasanah,

    1987). Penelitian ini menggunakan analisis interaksi yang menekan pada

    aktivitas guru dan murid dengan pertimbangan bahwa kreativitas belajar

    berbahasa Indonesia tidak hanya ditentukan oleh aktivitas guru saja atau

    murid saja, tetapi keduanya sangat berperan dalam menciptakan

    kreativitas berbahasa Indonesia.

    Dengan tujuan penelitian di atas dan landasan teori-teori yang

    digunakan, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan deskripsi model

    interaksi, bahan pembelajaran, dan alat bantu pembelajaran yang

    digunakan guru TK Kota Malang untuk menciptakan kreativitas berbahasa

    Indonesia. Hasil penelitian tersebut dapat memperkaya teori yang sudah

    ada, khususnya teori tentang interaksi pembelajaran bahasa Indonesia di

    TK.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Dikatakan

    desain penelitian kualitatif karena memiliki ciri-ciri (1) data penelitian

    berupa data deskriptif, (2) data penelitian bersifat alami, (3) lebih mengutamakan

    proses daripada hasil, (4) analisis data dilakukan secara

    induktif, dan (5) makna merupakan hal yang mendasar (Bogdan dan

    Biklen, 1982)

    Berdasarkan rancangan tersebut, data penelitian yang diperoleh

    sebelum dideskripsikan secara kualitatif dihitung persentasenya. Hasil

    persentase dipakai sebagai dasar pengkualifikasikan data. Data penelitian

    kualitatif yang bersifat deskriptif memiliki latar yang bersifat alami karena

    data tersebut diperoleh dalam interaksi yang wajar, bukan manipulasi.

    Selain itu, penelitian ini menitikberatkan pada proses interaksi guru siswa,

    bukan semata-mata pada hasil interaksi dan analisisnya dilakukan secara

    induktif, dimulai dari identifikasi setiap proses interaksi sampai pada

    penyimpulan pola model interaksi yang digunakan. Hal lain yang juga

    menjadi ciri penelitian ini adalah mementingkan makna daripada proses

    interaksi.

    Sumber data penelitian ini adalah 25 TK di Kota Malang yang

    diambil secara acak dari jumlah TK (223 TK) yang ada di Kota Malang.

    Data penelitian tersebut dianalisis dengan prosedur (1) pengecekan

    keabsahan data, (2) pengidentifikasian dan pengklasifikasian data, (3)

    analisis data dengan tahapan : menghitung frekuensi dan presentase,

    memasukkan hasil perhitungan frekuensi dan persentase ke dalam tabel,

    dan menentukan hasil dan bahasannya. Hasil penelitian ditentukan

    dengan cara mendeskripsikan model interaksi, bahan pembelajaran, dan

    alat bantu pembelajaran yang digunakan berdasarkan hasil pentabelan

    data. Hasil yang sudah ditentukan dibahas (1) kesesuaiannya dengan teori,

    (2) kecenderungan pemakaiannya, dan (3) dapat tidaknya menciptakan

    kreativitas berbahasa Indonesia.

    HASIL PENELITIAN DAN BAHASANNYA

    Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian ini dapat

    dideskripsikan atas tiga bagian berikut ini.

    Model Interaksi Untuk Menciptakan Kreativitas Berbahasa Indonesia

    Model interaksi pembelajaran untuk menciptakan kreativitas

    berbahasa Indonesia terklasifikasi atas enam kategori sesuai dengan

    rumusan tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum TK. Modelmodel

    yang dimaksud dapat diuraikan berikut ini.

    Pertama, model interaksi yang paling banyak digunakan untuk me

    latih penguasaan perbendaharaan kata adalah dengan cara guru bersama

    siswa bernyanyi, kemudian guru menjelaskan isi nyanyian dan kata-kata

    yang digunakan dalam nyanyian tersebut (80%). Berikutnya, model interaksi

    yang digunakan adalah siswa menirukan guru menyebutkan nama

    objek yang ditunjuknya (60%); siswa menyebutkan nama objek yang ditunjuk

    guru (60%); siswa menirukan syair yang diucapkan guru dengan

    kata-kata yang tepat ucapannya (60,4%); siswa bercerita dengan kata-kata

    yang diingat dan didengarkan dari cerita guru (50,2%); siswa diajak berwisata

    untuk mengenali nama objek tertentu dengan cara menyebutkan

    nama atau menirukan nama objek yang ditunjuk guru (40%); siswa disuruh

    menceritakan pengalaman dan kegemaran mereka di depan kelas dengan

    bahasa sendiri (20%); siswa disuruh menyusun kartu abjad menjadi

    kata seperti yang disebutkan guru (20%); siswa disuruh bermain peran

    dengan kata-kata sederhana setelah mereka diberi contoh (16%); siswa

    disuruh menunjukkan kartu kata sesuai dengan nama objek yang disebutkan

    guru (12%); siswa diajak bermain kuis dengan cara menyuruh anak

    memberikan contoh kata-kata atau nama-nama objek dalam kelompok tertentu

    (8%); dan model interaksi yang paling sedikit persentasenya adalah

    siswa disuruh menyusun kartu suku kata menjadi kata seperti yang disebutkan

    guru (4%).

    Kedua, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru TK

    dalam melatih pendengaran siswa adalah siswa disuruh menjawab pertanyaan

    isi cerita yang didengarkannya dari guru, tape recorder, radio,

    atau TV (70,6%) dan guru membisikkan sesuatu dengan kata atau kalimat

    kepada siswa tertentu dan siswa tersebut disuruh membisikkannya kepada

    siswa lain (bisik berangkai) (70,6%). Selain itu, model interaksi yang

    digunakan adalah siswa disuruh mengingat dan menceritakan kembali

    cerita yang didengarkannya dari guru (60%); guru menyuruh siswa melakukan

    tindakan tertentu (60%); siswa menirukan kata-kata atau kalimat

    yang didengarkannya dari guru atau siswa lain (40,8%); siswa disuruh

    menirukan bunyi tertentu dan disuruh menebak jenis suara apa yang

    didengarkannya (8%); dan model interaksi yang persentase pemakaiannya

    paling kecil adalah guru menceritakan sesuatu kepada salah

    satu siswa dan siswa tersebut disuruh menceritakannya kepada siswa lain

    (cerita berangkai) (4%); guru menceritakan isi gambar dan siswa mengamati

    isi gambar, kemudian menceritakan isi gambar tersebut seperti yang

    telah didengarkannya dari guru (4%); dan siswa disuruh menirukan urutan

    kata yang sesuai dengan apa yang didengarkannya dari guru (4%).

    Ketiga, model interaksi yang paling banyak digunakan guru TK untuk

    melatih siswa agar dapat menjawab dan mengajukan pertanyaan adalah

    guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan

    isi ceritera dari guru (80%). Selain itu, model interaksi yang digunakan

    adalah guru menyuruh siswa menjawab pertanyaan tentang identitas,

    pengalaman, kegemaran, dsb (70,2%); siswa diberi kesempatan mengajukan

    pertanyaan tentang sesuatu hal dan guru menjawabnya (40,8%); guru

    mengajukan pertanyaan tentang nama alat peraga yang ditunjuk (tiruan/

    asli) dan siswa disuruh menjawab pertanyaan tersebut (12%); guru

    menyuruh siswa mewarnai gambar, kemudian guru menanyakan jenis

    warna setiap bagian gambar dan siswa menjawabnya (8%); dan model interaksi

    yang persentasenya paling kecil adalah guru menyuruh siswa untuk

    mendramatisasikan cerita yang banyak berisi tanya jawab (4%).

    Keempat, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru

    TK untuk melatih siswa agar dapat bercerita secara lancar dan kreatif

    adalah siswa disuruh mengamati gambar berseri, kemudian mereka disuruh

    menceritakan isi gambar tersebut (60,4%) dan siswa disuruh bercerita

    tentang kesenangannya, keluarganya, cita-cita nya, dsb. setelah mereka

    mendengarkan contoh dari guru (60,4%). Selain itu, model interaksi yang

    digunakan adalah guru bercerita dengan alat bantu nyata atau tiruan, misalnya

    dengan boneka dan siswa disuruh mendengarkan (50,2%); siswa

    disuruh mendramatisasikan peran-peran tertentu dari cerita yang telah

    diceritakan atau dibacakan guru (50,8%); guru membacakan cerita dan

    siswa disuruh mendengarkan, menyikapi, dan menjawab pertanyaan isi

    cerita (40,8); guru memberikan contoh dramatisasi cerita tertentu dan

    siswa menirukannya (40,4%); guru bercerita tanpa alat bantu dan siswa

    disuruh mendengarkannya (30,6%); siswa disuruh menggambar bebas,

    kemudian siswa disuruh menceritakan isi gambar yang mereka buat (8%);

    dan model interaksi yang persentase pemakaiannya paling kecil adalah

    guru bercerita kepada salah satu siswa dan siswa tersebut disuruh menceritakannya

    kepada siswa lain (cerita-berangkai) (4%).

    Kelima, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru

    TK untuk melatih siswa agar dapat memberikan informasi kepada orang

    lain adalah siswa menirukan contoh dari guru tentang cara memberikan

    informasi kepada orang lain (60,8%). Selain itu, model interaksi yang

    digunakan adalah siswa disuruh mengamati objek tertentu, misalnya ciriciri

    binatang tertentu, jenis kendaraan, dsb., kemudian siswa tersebut disuruh

    menginformasikan kepada teman lain di depan kelas (60,4%); siswa

    ditugasi untuk mencari informasi temannya yang sakit, tidak masuk sekolah

    dsb.,kemudian siswa tersebut disuruh memberikan informasi itu

    kepada teman lain di depan kelas (60%); siswa disuruh memberikan informasi

    kepada teman lain tentang pengalamannya, kesukaannya, dsb, secara

    bergilir (40,8%); dan model interaksi yang paling kecil persentase

    pemakaiannya adalah guru menugasi siswa menyampaikan pesan kepada

    orangtua secara lisan dan hasilnya akan dicek guru di depan kelas (8%).

    Keenam, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru

    TK untuk melatih siswa agar dapat menyebutkan benda sebanyakbanyaknya

    beserta sifatnya adalah siswa menirukan guru menyebutkan

    nama benda beserta sifatnya (80,4%). Selain itu, model interaksi yang

    digunakan adalah guru membangkitkan ingatan siswa untuk menyebutkan

    benda tertentu berdasarkan klasifikasinya dan menyebutkan sifatnya

    (70,2%); siswa menyebutkan nama benda yang ditunjuk guru beserta sifatnya

    (60,4%); siswa menunjukkan benda tertentu dalam kotak berdasarkan

    sifat-sifat tertentu yang telah ditunjukkan guru (60,4%); dan

    model interaksi yang paling kecil persentase pemakaiannya adalah guru

    menugasi siswa untuk membawa benda tertentu dan menyebutkan nama

    beserta sifatnya (30,2%)

    Bahan Pembelajaran untuk Menciptakan Kreativitas Berbahasa Indonesia

    Wujud dan jenis bahan pembelajaran yang digunakan di TK juga

    terklasifikasi atas enam kategori sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam

    kurikulum TK. Wujud dan jenis bahan yang dimaksud dapat dirangkum

    berikut ini.

    Pertama, untuk melatih siswa menguasai perbendaharaan kata bahasa

    Indonesia, bahan pembelajaran yang digunakan adalah (1) namanama

    objek di lingkungan siswa yang sesuai dengan kurikulum TK, (2)

    nama-nama objek di lingkungan siswa yang dianggap penting bagi siswa

    walaupun tidak dianjurkan atau tidak sesuai dengan kurikulum TK, (3)

    lagu, (4) cerita, dan (5) syair. Dari beberapa bahan tersebut, yang persentase

    pemakaiannya paling besar adalah nama-nama objek di lingkungan

    siswa yang sesuai dengan kurikulum ditambah nama-nama objek yang dianggap

    penting walaupun tidak sesuai dengan kurikulum TK. Sedangkan

    yang persentasenya kecil adalah cerita.

    Kedua, untuk melatih pendengaran siswa, bahan pembelajaran yang

    digunakan adalah (1) kata-kata di lingkungan siswa, (2) kalimat, (3)

    cerita, (4) syair, (5) lagu, dan (6) percakapan. Bahan pembelajaran yang

    persentase pemakaiannya paling besar adalah syair dan yang paling kecil

    persentase pemakaiannya adalah percakapan.

    Ketiga, untuk melatih siswa agar dapat menjawab dan mengajukan

    pertanyaan, bahan pembelajaran yang digunakan guru adalah (1) cerita

    disertai beberapa petanyaan, (2) kata-kata sebagai objek pertanyaan, dan

    (3) berbagai jenis kalimat tanya. Cerita yang disertai pertanyaan merupakan

    bahan ajar yang persentase pemakaiannya paling tinggi, namun

    banyak guru-guru yang kurang memperhatikan jenis pertanyaan yang

    digunakan.

    Keempat, untuk melatih siswa agar dapat bercerita secara lancar dan

    kreatif, bahan pembelajaran yang digunakan adalah (1) cerita nyata, (2)

    cerita fiksi, dan (3) pengalaman, kesenangan, cita-cita, dan sebagainya.

    Cerita nyata, pengalaman, kesenangan, dan cita-cita siswa merupakan bahan

    pembelajaran yang persentase pemakaiannya lebih tinggi daripada

    cerita fiksi.

    Kelima, untuk melatih siswa agar dapat memberikan informasi

    kepada orang lain, bahan pembelajaran yang dimanfaatkan guru adalah

    (1) informasi dalam bentuk kaliman, (2) informasi dalam bentuk wacana

    utuh, (3) informasi nyata, dan (4) informasi tidak nyata. Informasi dalam

    bentuk kalimat yang bersifat nyata persentase pemakaiannya lebih besar

    dari pada dalam bentuk wacana dan yang bersifat tidak nyata.

    Keenam, untuk melatih siswa agar dapat menyebutkan sebanyakbanyaknya

    benda yang mempunyai sifat-sifat tertentu, bahan pembelajaran

    yang dimanfaatkan adalah (1) nama-nama benda beserta sifatsifatnya

    yang sesuai dengan kurikulum TK, (2) nama-nama benda berserta

    sifat-sifatnya yang sesuai dengan kurikulum TK ditambah nama-nama

    benda yang dianggap penting bagi siswa walaupun tidak ada dalam kurikulum.

    Jenis bahan pembelajaran yang kedua persentase pemakaiannya

    lebih besar daripada jenis yang pertama.

    Alat Bantu Pembelajaran untuk Menciptakan Kreativitas Berbahasa Indonesia.

    Variasi alat bantu pembelajaran yang digunakan guru TK terklasifikasi

    atas enam kategori seperti tersebut di atas. Variasi alat bantu tersebut

    disimpulkan berikut ini.

    Pertama, alat bantu yang digunakan untuk melatih siswa agar dapat

    menguasai perbendaharaan kata bahasa Indonesia cukup bervariasi,

    seperti (1) objek tiruan: gambar, boneka, dan sebagainya, (2) objek nyata,

    (3) buku cerita dan majalah, (4) kartu abjad, (5) kartu suku kata, (6) kartu

    kata, (7) lagu, dan (8) syair. Dari beberapa alat bantu tersebut di atas, yang

    paling banyak persentase pemakaiannya adalah alat bantu tiruan seperti

    gambar, boneka, dsb; dan yang paling kecil persentase pemakaiannya

    adalah kartu suku kata.

    Kedua, untuk melatih pendengaran siswa, alat bantu pembelajaran

    yang digunakan adalah (1) tape recorder, (2) objek tiruan: gambar,

    boneka, dsb, (3) buku catatan tentang lagu, syair, dan cerita, (4) majalah

    yang berisi lagu, syair dan cerita, serta (5) radio dan TV. Dari beberapa

    alat bantu tersebut di atas, yang paling besar persentase pemakaiannya

    adalah tape recorder dan yang paling kecil persentase pemakaiannya adalah

    TV dan radio.

    Ketiga, untuk melatih siswa agar menjawab dan mengajukan pertanyaan,

    alat bantu pembelajaran yang digunakan adalah (1) objek tiruan:

    boneka, gambar berseri, gambar dinding, (2) objek nyata di lingkungan

    siswa, dan (3) buku dan majalah yang berisi objek tertentu, cerita, lagu,

    dan syair. Dari beberapa alat bantu tersebut, yang paling besar persentase

    pemakaiannya adalah objek nyata dan yang paling kecil persentase pemakaiannya

    adalah buku dan majalah.

    Keempat, untuk melatih siswa agar dapat bercerita secara lancar dan

    kreatif, alat bantu pembelajaran yang digunakan adalah (1) objek nyata,

    (2) objek tiruan: gambar, boneka dsb, dan (3) buku cerita, majalah, dan

    catatan. Objek tiruan persentase pemakaiannya lebih besar daripada objek

    nyata serta buku, majalah, dan catatan.

    Kelima, untuk melatih siswa agar dapat memberikan informasi

    kepada orang lain, alat bantu pembelajaran yang digunakan adalah (1) objek

    nyata di lingkungan siswa, (2) objek tiruan: gambar, boneka, dsb, dan

    (3) surat, buku tugas, dan buku penghubung. Dari beberapa alat bantu

    tersebut, yang persentase pemakaiannya paling besar adalah objek nyata

    dan yang paling kecil persentasenya adalah surat, buku tugas, dan buku

    penghubung.

    Keenam, untuk melatih siswa agar dapat menyebutkan sebanyakbanyaknya

    benda yang mempunyai sifat-sifat tertentu, alat bantu pembelajaran

    yang digunakan adalah (1) benda-benda nyata di lingkungan siswa

    dan (2) benda-benda tiruan seperti gambar. Benda-benda nyata persentase

    pemakaiannya lebih besar daripada benda-benda tiruan.

    Berdasarkan temuan di atas ditegaskan bahwa setiap model pembelajaran,

    bahan ajar, dan alat bantu pembelajaran ditentukan berdasarkan tujuan

    pembelajaran. Adakalanya tujuan pembelajaran berbeda menggunakan

    model interaksi, bahan ajar, dan alat bantu pembelajaran yang sama.

    Dalam kenyataannya, setiap model interaksi pembelajaran dapat direalisasikan

    dalam berbagai bentuk teknik pembelajaran. Ini semua bergantung

    pada kreativitas guru.

    Model pembelajaran yang digunakan guru TK cukup bervariasi dan

    cukup dapat menciptakan kreativitas berbahasa Indonesia. Ini terbukti dari

    partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian,

    kadar keaktifan siswa dalam setiap model pembelajaran tentu saja berbeda,

    misalnya kadar keaktifan siswa dalam model interaktif menirukan

    berbeda dengan model yang lain, seperti bercerita, dramatisasi, dan sebagainya.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil penelitian ini di atas dapat disimpulkan sebagai

    berikut. Pertama, untuk melatih penguasaan perbendaharaan kata, model

    interaksi yang digunakan guru TK adalah menirukan, menyebutkan nama,

    bercerita, bersyair, berwisata, bernyanyi, menyusun, bermain peran, bermain

    kuis. Bahan pelajaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah namanama

    objek di lingkungan siswa sesuai dengan kurikulum TK, nama-nama

    objek di lingkungan siswa yang dianggap penting bagi siswa walaupun

    tidak ada dalam kurikulum TK, lagu, cerita, dan syair, sedangkan alat

    bantu yang digunakan adalah objek tiruan yang berupa gambar, boneka,

    dsb; objek nyata, buku cerita dan majalah, kartu abjad, kartu suku kata,

    kartu kata, lagu dan syair; Kedua, untuk melatih pendengaran siswa,

    model interaksi yang digunakan adalah menirukan, bercerita, menjawab

    pertanyaan, perintah-tindakan, bisik-berangkai, dan cerita berangkai; bahan

    pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah kata-kata di

    lingkungan siswa, kalimat, cerita, syair, lagu, dan percakapan; sedangkan

    alat bantu yang digunakan adalah tape recorder, objek tiruan yang berupa

    gambar, boneka, dsb; buku catatan tentang lagu, syair dan cerita, serta radio

    dan TV; Ketiga, untuk melatih siswa agar dapat menjawab dan mengajukan

    pertanyaan, model interaksi yang digunakan guru TK adalah

    menjawab dan mengajukan pertanyaan serta dramatisasi; bahan pembelajaran

    untuk mencapai tujuan tersebut adalah cerita disertai beberata pertanyaan,

    kata-kata sebagai objek pertanyaan, dan berbagai jenis kalimat

    tanya, sedangkan alat bantu yang digunakan adalah objek tiruan seperti

    boneka, gambar berseri, gambar dinding, dsb; objek nyata di lingkungan

    siswa, serta buku dan majalah yang berisi tentang objek tertentu, cerita,

    lagu, dan syair; Keempat, untuk melatih siswa agar dapat bercerita secara

    lancar dan kreatif, model interaksi yang digunakan guru TK adalah bercerita

    dan dramatisasi; bahan pembelajaran untuk mencapaian tujuan tersebut

    adalah cerita nyata, cerita fiksi, pengalaman, kesenangan, cita-cita

    dsb; sedangakan alat bantu yang digunakan adalah objek nyata, objek tiruan

    seperti gambar, boneka dsb; serta buku, majalah, dan catatan; Kelima,

    untuk melatih siswa agar dapat memberikan informasi kepada orang

    lain, model interaksi yang digunakan guru TK adalah menirukan dan penugasan;

    bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah informasi

    dalam bentuk kalimat, informasi dalam bentuk wacana utuh, informasi

    nyata, dan informasi tidak nyata; sedangkan alat bantu yang digunakan

    adalah objek nyata di lingkungan siswa, objek tiruan seperti gambar,

    boneka, dsb; surat, buku tugas, dan buku penghubung; Dan terakhir,

    untuk melatih siswa agar dapat menyebutkan sebanyak-banyaknya suatu

    benda yang mempunyai sifat-sifat tertentu, model interaksi yang digunakan

    guru TK adalah menirukan, menyebutkan nama, penugasan, dan

    menunjukkan objek; bahan pembelajaran yang digunakan untuk mencapai

    tujuan tersebut adalah nama-nama benda serta sifatnya yang dianggap

    penting bagi siswa walaupun tidak ada dalam kurikulum. Sedangkan alat

    bantu yang digunakan adalah benda-benda nyata di lingkungan siswa serta

    benda-benda tiruan seperti gambar.

    Simpulan di atas membuktikan bahwa tujuan pembelajaran menentukan

    model interaksi, bahan pembelajaran, dan alat bantu yang diguna

    kan. Adakalanya tujuannya berbeda menggunakan model interaksi, bahan

    pembelajaran, dan alat bantu yang sama. Setiap model interaksi direalisasikan

    dalam berbagai teknik pembelajaran. Ini semua bergantung

    pada kreativitas guru. Setiap model interaksi, memiliki kadar keaktifan

    yang berbeda, baik dari pihak guru maupun siswa. Karena itu, guru perlu

    mempertimbangkannya dalam menentukan model interaksi yang digunakan.

    SARAN

    1. Bagi guru TK disarankan untuk dapat mempertimbangkan dan memilih

    model interaksi, bahan, dan alat bantu pembelajaran yang memungkinkan

    dapat menciptakan kreativitas yang tinggi bagi siswa

    karena setiap model yang digunakan kadar kreativitasnya berbeda,

    misalnya model interaksi menirukan dan mencontoh, kadar kreativitasnya

    lebih rendah daripada model bercerita dan dramatisasi.

    2. Bagi lembaga yang terkait, misalnya Depdikbud dan Depag, diharapkan

    dapat bekerja sama dengan Universitas Negeri Malang untuk melakukan

    kegiatan peningkatan profesi guru TK dalam kaitannya dengan

    proses pembelajaran di TK dengan cara mengadakan penataran

    atau lokakarya agar lembaga-lembaga tersebut dapat saling bertukar

    pikiran dan saling membantu dalam mengatasi permasalahanpermasalahan

    di TK.

    3. Bagi penulis buku dan majalah anak-anak dapat memanfaatkan hasil

    penelitian ini sebagai dasar penyusunan strategi pembelajaran dalam

    buku dan majalah yang disusunnya.

    4. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian sejenis dengan cara :

    (1) melakukan penelitian dengan aspek yang sama tetapi populasinya

    lebih luas, (2) melakukan penelitian dengan aspek yang sama dalam

    wilayah yang lain, (3) melakukan penelitian lanjutan untuk mencari

    model interaksi pembelajaran di TK yang dianggap paling efektif dari

    beberapa model interaksi yang telah dihasilkan dalam penelitian ini,

    dan (4) melakukan penelitian di TK dengan aspek pembelajaran yang

    lain.

    DAFTAR RUJUKAN

    Bogdan, R. C dan S. K, Biklen. 1982 Qualitative Research for Education: An Introduction

    to Theory and Methods. London : Allyn and Bacon, Inc.

    Depdikbud. 1994. Program Kegiatan Belajar TK. Jakarta : Depdikbud.

    Depdikbud. 1995. Sarana Taman Kanak-Kanak. Depdikbud.

    Edmoson, W. 1981. Spoken Discourse : A Model Analysis. London : Longman.

    Hymes, D. 1974. Foundation in Socioliungstics: An Ethnographioc Approach.

    Philadelphia : Univercity of Pennsylvania.

    Muslich, Masnur, Basennang S., dan Nurchasanah, 1987, 1987. Dasar

    dasar

    Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung, Jemmars.

    Priyatni, Endah Tri. 1997. Pengembangan dan Pemasyarakatan Alat Permainan

    Sebagai Alat Peraga Interaktif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang

    : IKIP Malang.

    River. W.M. 1987. Interactional Language Teaching. Cambridge : Cambridge

    University Oress.

    Sampson, Edward G. 1976. Social Psychology and Contemporary Society. New

    York: John Willy and Son.

    Surakhmad, Winarno, 1984. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar : Dasar dan

    Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung : Tarsito.

    Sumber: http://sastra.um.ac.id/

    0 komentar:

    Posting Komentar