Standar adalah kriteria minimal terpenuhinya mutu. Kriteria pedidikan Indonesia yang bermutu sekurang-kurangnya memenuhi kriteria minimal atau Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi 8 komponen yaitu isi, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana-prasarana, biaya, pengelolaan, proses, penilaian, dan SKL. Semuanya merupakan bagian dari komponen sistem pendidikan. Oleh karena itu, dapat kitame nyatakan bahwa yang distandarkan adalah sistem pendidikan.
Memenuhi standar artinya memenuhi kriteria minimal mutu pada tiap komponen sistem. Pemenuhan dinyatakan efektif jika tiap komponen ditetapkan selalu lebih baik daripada yang dicapai sebelumnya. Efektivias juga menyatakan ukuran kemaslahatan atau pengaruh pada peningkatan mutu suasana dan proses pembelajaran. Puncak kemasalahatan mutu adalah berpengaruh pada meningkatnya mutu hasil belajar siswa atau lulusan.
Oleh karena itu, setiap upaya peningkatan mutu yang menerapkan standar harus memiliki tujuan yang jelas. Artinya, target mutu yang terukur dan terkait pada meningkatnya mutu pembelajaran agar mutu lulusan meningkat dari sebelumnya.
Untuk memudahkan menghitung, menilai, menganalisis, dan mengevaluasi nilai kemaslahatan itu diperlukan penerapan pendekatan sistem.
Apakan Sistem?
Sistem adalah sekelompok komponen yang terintegrasi, yang saling berhubungan, dan menunjukkan hubungan fungsional satu sama lain dalam kesatuan yang kompleks.
Model pendekatan sistem dapat diterapkan dalam banyak hal termasuk ranah filsafat, teori, metodologi, maupun aplikasi. Kompleksitasnya organisasi meliputi elemen dan proses. Tiap elemen atau proses diurai dalam kategori input, proses dan output (http://silvae.cfr.washington.edu/ecosystem-management).
Sekolah sebagai organisasi pada prinsipnya selalu berinteraksi dengan lingkungan dan terus berproses.Karenanya, kategori input, proses atau transformasi, dan output membentuk siklus sistem. Lingkar perubahannya yaitu output menjadi input bagi siklus berikutnya (Leigh Stelzer, 2010, http://pirate.shu.edu/). Dalam konteksnya, organisasi secara sistem dapat dibagi dalam sistem tertutup dan sistem terbuka.
Sistem tertutup mendeskripsikan model yang tertutup terhadap elemen atau proses tertentu sehingga tiap elemen yang berproses tidak meninggalkan ikatan sistem. Contoh sistem tertutup adalah mesin mobil terdiri atas bagian-bagian sistem yang tertutup. Pelumas, misalnya, bekerja pada sistem dan tidak meninggalkan mesin.
Sistem terbuka menggambarkan bahwa sistem terus berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Elemen atau proses mengalir masuk dan keluar. Contoh seperti ini kita dapatkan pada aliran bensin yang masuk mesin mobil yang terbuka. Setelah bensin terbakar mobil mengalirkan gas buang melalui knalpot ke luar dari sistem mesin.
Model analisis sistem tertutup maupun yang terbuka dapat menjadi bagian integral pada proses penyelenggaraan pendidikan. Pada sistem yang tertutup, sebagaimana dalam komponen mesin, kita dapatkan dalam sistem pelaksanaan evaluasi belajar siswa. Hasil evaluasi digunakan kembali oleh guru untuk menilai kinerjanya secara internal serta digunakan untuk memperbaiki cara mengajarnya.
Model analisis sistem terbuka kita dapatkan dalam fungsi sekolah dalam menghasilkan lulusan. Lulusan menjadi produk keluaran sekolah yang terkait dengan siklus sistem yang lain di luar sekolah.
Pendekatan sistem merupakan model yang tepat untuk menganalisis kompleksitas keterkaitan komponen organisasi yang saling berkaitan. Penerapan pendekatan ini dapat memudahkan memperhitungkan efektivitas kinerja lembaga dengan cara membandingkan atau menganalisis input dan output atau mengukur efektivitas proses dalam menghasilkan output.
Standar Nasional Pendidikan
Penerapan pendekatan sistem dalam penerapan standar nasional pendidikan pada prinsipnya merupakan langkah tepat untuk menganalisis dan menilai efektivitas sekolah dalam meningkatkan mutu kinerja, baik dalam kinerja meningkatkan input, proses, dan output.
Sekolah dinyatakan efektif jika memiliki selisih antara input dan output dan menilai proses dan output dengan selisih nilai yang baik. Untuk mendapatkan nilai yang objektif diperlukan sistem pengukuran.
Sekolah efektif dapat meningatkan nilai input yang meliputi sumber daya isi atau kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana-prasarana; meningkatkan nilai proses meliputi standar pengelolaan, pembelajaran, dan penilaian; serta meningkatkan nilai output yaitu kompetensi lulusan.
Syarat untuk menyatakan dapat meningkatkan mutu input, nilai proses, dan output adalah memiliki data awal keberangkatan dan titik sasaran atau target. Data awal adalah kondisi sebelum program dimulai dan data target harus ditetapkan lembaga pada saat lembaga menyusun rencana kegiatan.
Selama ini banyak orang yakin bahwa yang paling penting dalam sistem penyelenggaraan, sekolah harus memperoleh input yang tinggi. Oleh karena itu, jika ada satu sekolah ingin menghasilkan mutu lulusan yang baik maka harus dijamin inputnya yang tinggi.
Dalam analisis sistem mutahir membuktikan bahwa penentu keberhasilan tidaklah hanya ditentukan input. Justru proses terbukti lebih berpengaruh terhadap input. Hasil studi ini menjadi dasar mengapa ISO sangat memperhatikan penjaminan mutu proses.
Hasil studi ini belakangan diyakini pula oleh para pengelola sekolah yang inovatif. Mereka lebih bersungguh-sungguh menjaga mutu input, yaitu kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana, dan biaya, tetapi belakangan menaruh perhatian yang lebih besar pula proses pengelolaan, pembelajaran, dan penilaian untuk dapat menghasilkan lulusan yang bermutu. Bentuk perhatian nyata terhadap proses adalah meningkatkan penjaminan mutu proses.
Bagaimana Menilai Efektivitas?
Penetapan kriteria mutu input, proses dan output menjadi titik awal penerapan pendekatan sistem, tahap berikutnya yang langsung melekat pada penetapan kriteria keberhasilan atau target. Pada proses tersebut terdapat dua langkah kunci yaitu penetapan kriteria dan pengukuran.
Suatu kegiatan dinyatakan efektif jika memenuhi target yang ditetapkan dalam rencana kegiatan. Juga sesuatu dinyatakan memenuhi target jika telah dilakukan pengukuran. Oleh karena itu menyatakan efektif atau tidak efektif memerlukan alat ukur dan proses pengukuran.
Ukuran keberhasilan dapat dinyatakan dalam pernyataan mutu seperti sangat baik, baik, kurang baik, dan tidak baik. Gradasi mutu dalam sistem dapat dilihat dari perbandingan input dengan output. Contoh hasil analisis dapat dilihat dalam sebaran sebagai berikut:
- Input tinggi, output tinggi.
- Input tinggi, output rendah.
- Input rendah, output tinggi.
- Input rendah, output rendah.
Pola sebaran menunjukkan ahwa nilai yang lebih baik ditempatkan pada kuadran kanan dan nilai yang lebih rendah ditempatkan pada kuadran kiri.
Model operasional pemetaan mutu dapat dilakukan pula terhadap proses dan output dengan cara menghubungkan nilai proses dengan output seperti berikut:
- Proses tinggi, output tinggi.
- Proses tinggi, output rendah.
- Proses rendah, output tinggi.
- Proses rendah, output rendah.
Pengembangan RKJM
Hambatan utama sekolah pada saat ini adalah dalam mengembangkan RKJM berbasis data. Tiap keputusan pemilihan program idealnya berdasarkan fakta yang benar-benar ada di sekolah dan teruji validitasnya. Karena itu sistem informasi sekolah menjadi semakin penting pada saat sekolah perlu mengembangkan program melalui pendekatan sistem.
Idealnya data sekolah memiliki data berdasarkan hasil pengukuran seperti hasil evaluasi diri, hasil akreditasi, atau hasil pengukuran kinerja guru. Data tersebut menjadi titik awal untuk mengembangkan program perbaikan mutu selunjutnya serta menetapkan kinerja.
Data yang sekolah perlukan dalam pengembangan program dari hasil evaluasi diri meliputi:
- Data mutu input siswa.
- Data perkembangan kemajuan belajar siswa.
- Data prestasi belajar siswa.
- Data hambatan belajar siswa.
- Data mutu lulusan.
- Data kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.
- Data perbaikan mutu kurikulum, sarana-prasarana, dan pembiayaan
- Data kinerja pembelajaran dan penilaian.
- Data kinerja pengelolaan.
- Data tentang pengaruh kelompok input dan proses itu terhadap mutu lulusan.
- Menyusun profil sekolah berdasarkan hasil pengukuran seperti evaluasi diri.
- Menetapkan target perbaikan mutu yang meningkat dari kondisi nyata sesuai hasil evaluasi diri dalam rencana kerja jangka menengah maupun jangka tahunan.
- Melaksanakan program sesuai dengan prioritas solusi alternatif perbaikan mutu.
- Melakukan pengukuran nilai peningkatan pada input, proses, dan output.
- Melakukan perbaikan pada mutu yang belum meningkat nilainya.
- Melakukan perbaikan mutu berkelanjutan melalui penetapan program pada siklus berikutnya.
Referensi :
- Stelzer, L. Management and Organizational Behavior. http://pirate.shu.edu/~stelzele/daymbalectures/systems_theory.htm
- http://education.yahoo.com/reference/dictionary/entry/system
- http://silvae.cfr.washington.edu/ecosystem-management
0 komentar:
Posting Komentar